M. Irfai, M. Irfai and Arifin, Arifin and Thohari, Imam and Kriswandana, Ferry (2019) PERANCANGAN ALAT PENGOLAH SAMPAH INFEKSIUS UNTUK PUSKESMAS. Project Report. Poltekkes Kemenkes Banjarmasin, Banjarbaru.
Text
9. Penelitian Kerjasama Banjarmasin.docx.pdf Download (804kB) |
Abstract
Berdasarkan indikator RPJMN tahun 2015 - 2019 dari hasil pengisian instrumen self assessment oleh Puskesmas, pada tahun 2016 terdapat 2.692 Puskesmas yang telah memberikan pelayanan sesuai standar, dari 3.392 Puskesmas yang telah melaporkan ke pusat. Jumlah Puskesmas rawat inap pada tahun 2016 meningkat menjadi 6.356. Peningkatan jumlah Puskesmas Rawat Inap memberikan dampak lain berupa meningkatnya sampah medis dari Puskesmas. Limbah layanan kesehatan yang dihasilkan menurut tingkat pendapatan nasional negara, pada negara berpendapatan tinggi untuk semua limbah layanan kesehatan bisa mencapai 1,1 – 12,0 kg perorang setiap tahunnya, dan limbah layanan kesehatan berbahaya 0,4 – 5,5 kg perorang setiap tahunnya, pada negara berpendapatan menengah untuk semua limbah layanan kesehatan menunjukkan angka 0,8 – 6,0 kg perorang setiap tahunnya sedangkan limbah layanan kesehatan yang berbahaya 0,3 – 0,4 kg perorang setiap tahunnya, sedangkan negara berpendapatan rendah semua limbah layanan kesehatan menghasilkan 0,5 – 3,0 kg perorang setiap tahunnya (WHO, 2005). Berdasarkan hasil penelitian di Nusa Tenggara Timur menunjukan bahwa limbah medis padat yang dihasilkan berupa barang/bahan buangan hasil tindakan perawatan pasien, dengan volume timbulan pada ruang rawat inap sebesar 0,74 kg/bed/hari, ruang bersalin 0,167 kg/pasien/hari, unit gawat darurat sebesar 0,071 kg/pasien hari dan poliklinik sebesar 0,004 kg/pasien hari.(Donisius.T , 2015). Berdasarkan penelitian ini satu Puskesmas menghasilkan limabh medis antara 15-25kg/hari. Jumlah sampah medis seluruh Indonesia yang berasal dari Puskesmas sebesar 95,3 – 158,9 m3 per hari. Mengingat keberadaan sampah medis di Puskesmas yang tidak dikelola dengan baik, yang disebabkan mahalnya pemusnahan limbah B3 maka peneliti memberikan alternative pemecahan masalah keberadaan sampah medis. Penanganan terhadap sampah medis dilakukan dengan melakukan pengolahan sampah melaui tahapan pencucian, desinfeksi, dan penghancuran yang dituangkan dalam rancangan alat pengolahan sampah medis dengan nama Alat Pengolah Sampah Infeksius menjadi solusi sementara. Perancangan alat ini melakukan pemodelan terhadap perlakuan Pencucian, Disinfeksi dan Pencacahan. Melakukan variasi perlakuan terhadap waktu, dosis dan Ukuran sampah. Alat yang dihasilkan jauh lebih murah yaitu (5-10 juta) kalau dibandingkan dengan Incenerator yang selama ini dipakai dalam memusnahkan sampah medis dengan harga ratusan juta. Untuk mendapatkan alat MWT-P yang optimal perlu dilakukan penelitian berkaitan dengan kesesuain model dan operasional alat. Untuk mendapatkan hasil yang optimal dilakukan uji coba dengan melakukan perlakukan variasi waktu pencucian dan variasi dosis chlor. Dari ujicoba beberapa variasi perlakuan diharapkan formula hasil yang optimal dalam menghilangkan potensi infeksius sampah. Penilaian terhadap potensi infeksi, berupa angka bakteri pada sampah setelah dilakukan pengolahan sampah. Hasil Penelitian dengan judul “Perancangan Alat Pengolah sampah Infeksius untuk Puskesmas” menunjukkan Efektifitas alat pengolah sampah infeksius dalam menurunkan angka bakteri Total Plat Count (TPC) sebesar 99,99% sampai dengan 100% dan bakteri Most Probable Number (MPN) sampah infeksius mencapai 92,49% sampai dengan 99,99% dan limbah cairnya. Tidak ada perbedaan yang bermakna penggunaan variasi dosis chlor (25ppm,50 ppm) terhadap angka bakteri TPC sampah berdasarkan uji Kruscal Wallis didapatkan siqnifikansi Asimp.sig 0,574 > 0,05. Terdapat perbedaan yang bermakna Pengaruh variasi dosis chlor terhadap bakteri MPN sampah, bakteri TPC limbah cair, bakteri MPN limbah cair, dengan siqnifikansi Asimp.sig 0,00 < 0,05. Tidak ada perbedaan yang bermakna penggunaan variasi waktu kontak (5 menit, 10 menit) terhadap angka bakteri TPC sampah berdasarkan uji Kruscal Wallis didapatkan siqnifikansi Asimp.sig 0,859 > 0,05. Tidak ada perbedaan yang bermakna Pengaruh variasi waktu kontak terhadap bakteri MPN sampah, bakteri TPC limbah cair, bakteri MPN limbah cair, dengan siqnifikansi Asimp.sig 0,078 > 0,05, Asimp.sig 0,159 > 0,05, Asimp.sig 0,197 > 0,05. Penelitian dengan judul “Perancangan Alat Pengolah sampah Infeksius untuk Puskesmas” dapat menyarankan : Untuk menjaga dan mempertahankan hasil penelitian ini dalam melakukan pengolahan sampah infeksius harus sesui dengan prosedur pengolahan yang sudah ditetapkan. Untuk meningkatkan perform hasil pengolahan dapat dilakukan dengan melakukan penambahan waktu pencucian menjadi 1 jam dan peningkatan suhu air menjadi 60oC. Rancangan alat pengolah sampah infeksius dapat diterapkan pada fasilitas layanan kesehatan (Puskesmas, Rumah Sakit) yang tersedia daya listrik minimal 2200 Watt dan mempunyai suplai air dengan tekanan air 0,5 atm atau 5 m tekanan air.
Item Type: | Monograph (Project Report) |
---|---|
Subjects: | G Geography. Anthropology. Recreation > GE Environmental > Environmental Engineering > Environmental Health |
Divisions: | Poltekkes Kemenkes Surabaya > Pusat Penelitan dan Pengabdian Masyarakat > Penelitian |
Depositing User: | Nanik Indra Putri Sari |
Date Deposited: | 13 Dec 2021 08:35 |
Last Modified: | 13 Dec 2021 08:35 |
URI: | http://repo.poltekkesdepkes-sby.ac.id/id/eprint/3763 |
Actions (login required)
View Item |